Emas Turun Tajam, Apakah Tren Bullish Masih Berlaku?

Harga emas turun tajam pada hari Selasa (21/10), mencatatkan penurunan persentase harian terbesar dalam lebih dari satu dekade. Emas turun sekitar 5,3% di $4.122,85 per ons, yang merupakan penurunan terbesar sejak 20 Juni 2013. Penurunan ini datang setelah harga emas mencatatkan rekor tertinggi pada hari Senin, memicu spekulasi bahwa logam mulia ini mungkin telah mencapai puncaknya atau hanya mengalami koreksi sementara sebelum kembali naik.

Adam Koos, Presiden dan Penasihat Keuangan Senior di Libertas Wealth Management Group, menggambarkan aksi jual ini sebagai “terlambat” dan menyebutnya sebagai “lubang tak terduga” dalam perjalanan reli emas yang sebelumnya mulus. Koos menambahkan, “Emas telah melaju sangat baik, dan sesekali pasar mengerem mendadak untuk memastikan para penumpangnya tetap terjaga.”

Menurut Fawad Razaqzada, analis pasar di StoneX, meskipun penurunan tajam ini menimbulkan pertanyaan tentang berakhirnya reli, masih terlalu dini untuk menganggap tren bullish telah berakhir. Razaqzada menjelaskan, “Penurunan besar di sektor logam mulia memang seharusnya terjadi suatu saat, mengingat harga sebelumnya yang meroket. Namun, banyak investor yang belum sempat bergabung dalam reli ini, dan mereka mungkin akan kembali membeli saat harga turun, yang seharusnya dapat menahan aksi jual lebih lanjut.”

Beberapa faktor, termasuk meredanya ketegangan perdagangan AS–Tiongkok, penguatan dolar AS (DXY), dan berkurangnya permintaan safe haven, turut mendinginkan sentimen pasar. Namun, meskipun aksi jual ini cukup signifikan, banyak yang masih melihat potensi pemulihan, terutama dengan banyaknya investor yang mungkin ingin kembali masuk ke pasar emas setelah koreksi ini. (Arl)

Sumber : Newsmaker.id
Newsmaker Indonesian Trader